TEMPO.CO, Fujairah – Amerika Serikat menunjukkan serpihan ranjau yang meledak dan merusak kapal tanker di Teluk Oman. Serpihan ini menunjukkan berasal dari amunisi milik militer Iran.
Video: Seangan Dua Kapal Tanker, Amerika Salahkan Iran
Secara terpisah, seorang pejabat AS mengatakan intelijen mengkonfirmasi kapal milik Iran mendekati dua kapal tanker yang rusak yaitu Kokuka Courageous milik Jepang dan Front Altair milik Norwegia sebelum ledakan terjadi pada pekan lalu. Ledakan itu merusak lambung kapal.
“Serpihan ranjau yang digunakan dalam serangan itu memiliki perbedaan dengan yang lain dan menyerupai ranjau Iran yang pernah ditunjukkan dalam parade militer Iran,” kata Sean Kido, pejabat Komando Pusat Angkatan Laut AS atau NAVCENT seperti dilansir Reuters Rabu, 19 Juni 2019.
Baca juga: AS Rilis Video Sebut Garda Revolusi Iran Serang 2 Tanker di Teluk
Serpihan ranjau ini diambil dari kapal Kokuka Courageous, yang ditampilkan bersama magnet. Magnet ini diduga ditinggalkan oleh Pasukan Garda Revolusi Iran seperti terekam dalam video.
Kido juga mengatakan NVCENT telah mengumulkan informasi biometrik termasuk sidik jari dari lambung kapal yang bisa menjadi bukti kasus kriminal terhadap para pelaku penyerangan.
Secara terpisah, utusan AS untuk Iran, Brian Hook, mengatakan kepada anggota Kongres bahwa intelijen telah mengkonfirmasi sejumlah kapal Iran beroperasi di sekitar Selat Hormuz pada 12 dan 13 Juni 2019. Kapal milik Korps Garda Revolusi Iran ini mendekati kapal tanker Front Altair dan Kokuka Courageous sebelum terjadi ledakan.
Baca juga: Trump Tuding Kapal Garda Revolusi Iran Serang Kapal Tanker
“Aktivitas ini konsisten dengan operasi Iran untuk menempelkan ranjau pada lambung kapal,” kata Hook sambil mengatakan seorang pejabat senior Korps Garda Revolusi Iran mengkonfirmasi bahwa personelnya telah menyelesaikan dua aksi.
Secara terpisah, Presiden Iran, Hassan Rouhani, mengatakan tindakan negaranya merupakan level minimum yang bisa dilakukan setelah AS menarik diri dari Perjanjian Nuklir 2015. Namun, langkah ini bisa dibalik jika negara itu kembali kepada komitmen mereka.
Pernyataan ini terkait peningkatan jumlah minimum uranium diperkaya pada level rendah yaitu 3 – 4 persen seperti diatur dalam perjanjian nuklir. Iran hanya boleh memproduksi sebanyak 300 kilogram dalam setahun dan kelebihannya harus diekspor ke negara lain.